Dear kamu,
Rinduku terasa seperti sudah sangat kehilangan rasanya
Rindu itu
seperti sebuah cangkir es buah yang kehilangan bekas jari mu yang pernah erat
menggenggamnya
Rindu itu
seperti kamera yang kehilangan senyumu untuk objek nya
Spesifiknya
rindu itu seperti aku yang kehilangan kamu.
Bahagiaku itu sebelum aku rindu
Bahagiaku
saat hanya ada punggung mu yang ada di depan mataku dengan jarak yang tetap.
Saat melihat bibir mu berkomat kamit mengumpat orang orang di jalanan , dan
matamu tertuju kedepan sedangkan aku terlalu serius melihat mu dari samping.
Bahagia itu saat aku terjaga dan memandang matamu saat kau terpejam saat tak
sengaja kau tertidur satu tempat denganku, walau aku ber-ekspektasi lebih dari
sekedar ketidak sengajaan .
Aku suka
memandang saat kau tak balas memandang. Aku suka saat kau mematahkan rokok yang
baru saja ku nyalakan, atau saat kau berubah menjadi ustadz ketika kau tau aku
sedang pergi minum beer bersama teman teman ku.
Ya memang
kau tak pernah suka melakukan hal yang aneh-aneh, minum kopi saja pun kau tak
suka, kau orang normal, ya senormal lelaki yang ada di abad ini.
Kemarin itu rinduku pecah, tumpah ruah!
Kemarin itu
saat kau teriakan nama ku, lalu ku berbalik, dan mata kita bertatapan. Agh! Aku
tak suka, itu terlalu berlebihan bagiku… melihatmu dari belakang dan kau tak
tau ada yang melihatmu, itu sudah lebih dari cukup.
Pagi ini,
kopi itu tak ku seduh, aku menggantinya dengan susu coklat, seperti yang biasa
kau bilang. Pagi ini rokok tak kunyalakan.. sudah berminggu-minggu aku tak
menghisapnya, ya.. berminggu-minggu aku rindu kamu.